Google Phone & Strategi Android di Indonesia
Author: Web Phone information sources // Category:
Rabu 10 maret 2010,
Saat toko aplikasi virtual Android pertama di Indonesia, i-Store, diluncurkan di acara Mega Bazaar 2010, dua perwakilan Google hadir. Tak banyak yang bisa mereka komentari saat itu, terlebih masalah Android.
"Kami tengah mempelajari kondisi di Indonesia.," kata Christine M Songco, Technical Program Manager, Developer Relations Engineer, Google,
saat peluncuran i-Store, di Mega Bazaar, Jakarta. Selanjutnya, menurut Google, mereka belum banyak berkiprah banyak di sini, mengingat konten Internet di Indonesia belum begitu banyak. Namun, menurut BlackBerry & Customer Device Division Head, Indosat, Agung Wijanarko, sebenarnya Google menyiapkan strateginya dibalik Google Phone.
Nantinya Kata Agung, akan datang Google Phone generasi baru yang akan menawarkan sebuah bisnis model yang sebenarnya bagi Google yang selama ini bisnis intinya adalah mesin pencari internet.
"Google Nexus One bukanlah Google Phone yang saya maksud, namun akan ada Google Phone berikutnya," kata Agung. Ponsel ini, katanya, akan mengadopsi teknologi augmented reality.
Dari ponsel itu, Agung menjelaskan, saat pengguna membidik obyek fisik melalui layar kamera, maka akan muncul data-data konteks menyangkut obyek tersebut.
Misalnya saja saat pengguna membidik Monas lewat kamera ponselnya, maka akan muncul data-data terkait tentang Monas, semisal kapan Monas dibangun, dimensi fisik Monas, atau koordinatnya. Lalu, dari mana Google akan mendapat uang? Tentu, kata Agung, dari iklan kontekstual yang menyangkut obyek tersebut.
Berarti ini merupakan pengembangan dari iklan kontekstual Google yang selama ini muncul saat pengguna mendapat hasil pencarian internet pada mesin telusur Google.
Apa ini cuma isapan jempol saja? Tidak juga. Kata Agung, setidaknya prototipe Google Phone dengan kemampuan augmented reality, akan hadir di akhir tahun ini, dan diharapkannya akan bisa masuk Indonesia pada 2011.
Sebenarnya teknologi augmented reality bukan barang baru. Nokia telah berhasil mengaplikasikan teknologi di ponsel ini sejak sekitar dua tahun lalu. Namun, konsep ini mungkin tidak menjanjikan bisnis model yang cukup signifikan bagi vendor ponsel seperti Nokia.
Namun, untuk menerapkan teknologi ini, tentu saja Google membutuhkan dukungan infrastruktur yang besar dan konten internet lokal yang sangat banyak. Oleh karenanya, rencananya, pada Juni mendatang, kata Agung, Google bakal menggelar Google Developer Day di Indonesia.
Indosat sendiri, percaya benar bahwa strateginya mendorong Android dan Google di sini sudah tepat. Agung yakin Android bakal menjadi platform yang tak kalah dari BlackBerry di Indonesia. "Gejala yang terjadi terhadap Android saat ini, mirip dengan masa-masa awal kemunculan BlackBerry di Indonesia," katanya.
Android menurutnya juga diperlukan sebagai kekuatan penyeimbang bagi BlackBerry, di tengah semakin tipisnya keuntungan yang diperoleh operator telekomunikasi saat menyediakan layanan BlackBerry.
Sebab, kata Agung, semakin kompetitifnya tarif BlackBerry di Indonesia menggerus keuntungan operator, yang dari waktu ke waktu musti menyediakan tambahan kapasitas jaringan layanan BlackBerry yang menyedot biaya yang tak kecil.
Bila tak ada kekuatan penyeimbang bagi dominasi BlackBerry, kata Agung, cepat atau lambat, operator akan, tercekik, dan mau tak mau bakal menaikkan tarif BlackBerry kembali. "Kami percaya betul, bahwa the future is Google," Agung menegaskan.
Saat toko aplikasi virtual Android pertama di Indonesia, i-Store, diluncurkan di acara Mega Bazaar 2010, dua perwakilan Google hadir. Tak banyak yang bisa mereka komentari saat itu, terlebih masalah Android.
"Kami tengah mempelajari kondisi di Indonesia.," kata Christine M Songco, Technical Program Manager, Developer Relations Engineer, Google,
saat peluncuran i-Store, di Mega Bazaar, Jakarta. Selanjutnya, menurut Google, mereka belum banyak berkiprah banyak di sini, mengingat konten Internet di Indonesia belum begitu banyak. Namun, menurut BlackBerry & Customer Device Division Head, Indosat, Agung Wijanarko, sebenarnya Google menyiapkan strateginya dibalik Google Phone.
Nantinya Kata Agung, akan datang Google Phone generasi baru yang akan menawarkan sebuah bisnis model yang sebenarnya bagi Google yang selama ini bisnis intinya adalah mesin pencari internet.
"Google Nexus One bukanlah Google Phone yang saya maksud, namun akan ada Google Phone berikutnya," kata Agung. Ponsel ini, katanya, akan mengadopsi teknologi augmented reality.
Dari ponsel itu, Agung menjelaskan, saat pengguna membidik obyek fisik melalui layar kamera, maka akan muncul data-data konteks menyangkut obyek tersebut.
Misalnya saja saat pengguna membidik Monas lewat kamera ponselnya, maka akan muncul data-data terkait tentang Monas, semisal kapan Monas dibangun, dimensi fisik Monas, atau koordinatnya. Lalu, dari mana Google akan mendapat uang? Tentu, kata Agung, dari iklan kontekstual yang menyangkut obyek tersebut.
Berarti ini merupakan pengembangan dari iklan kontekstual Google yang selama ini muncul saat pengguna mendapat hasil pencarian internet pada mesin telusur Google.
Apa ini cuma isapan jempol saja? Tidak juga. Kata Agung, setidaknya prototipe Google Phone dengan kemampuan augmented reality, akan hadir di akhir tahun ini, dan diharapkannya akan bisa masuk Indonesia pada 2011.
Sebenarnya teknologi augmented reality bukan barang baru. Nokia telah berhasil mengaplikasikan teknologi di ponsel ini sejak sekitar dua tahun lalu. Namun, konsep ini mungkin tidak menjanjikan bisnis model yang cukup signifikan bagi vendor ponsel seperti Nokia.
Namun, untuk menerapkan teknologi ini, tentu saja Google membutuhkan dukungan infrastruktur yang besar dan konten internet lokal yang sangat banyak. Oleh karenanya, rencananya, pada Juni mendatang, kata Agung, Google bakal menggelar Google Developer Day di Indonesia.
Indosat sendiri, percaya benar bahwa strateginya mendorong Android dan Google di sini sudah tepat. Agung yakin Android bakal menjadi platform yang tak kalah dari BlackBerry di Indonesia. "Gejala yang terjadi terhadap Android saat ini, mirip dengan masa-masa awal kemunculan BlackBerry di Indonesia," katanya.
Android menurutnya juga diperlukan sebagai kekuatan penyeimbang bagi BlackBerry, di tengah semakin tipisnya keuntungan yang diperoleh operator telekomunikasi saat menyediakan layanan BlackBerry.
Sebab, kata Agung, semakin kompetitifnya tarif BlackBerry di Indonesia menggerus keuntungan operator, yang dari waktu ke waktu musti menyediakan tambahan kapasitas jaringan layanan BlackBerry yang menyedot biaya yang tak kecil.
Bila tak ada kekuatan penyeimbang bagi dominasi BlackBerry, kata Agung, cepat atau lambat, operator akan, tercekik, dan mau tak mau bakal menaikkan tarif BlackBerry kembali. "Kami percaya betul, bahwa the future is Google," Agung menegaskan.
0 Responses to "Google Phone & Strategi Android di Indonesia"
Posting Komentar
tanks buat komenya